Dalam sejarah umat Islam di Indonesia, terdapat sekelompok orang yang berpendapat bahwa Pancasila tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mereka meyakini bahwa dasar negara yang sah hanyalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pendapat kelompok ini kurang tepat jika benar-benar diterapkan, begitu halnya menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa perincian tentang madzhab mana yang dipilih justru akan menimbulkan masalah baru di kemudian hari. Begitu halnya jika saja diterapkan satu madzhab saja, justru akan menimbulkan konflik yang mungkin jauh lebih luas dan berkepanjangan daripada menerapkan Pancasila sebagai dasar negara.
Bagaimana sebenarnya hubungan antara Al-Qur’an dan Pancasila? Apakah benar keduanya bertentangan?
Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam agama Islam, keesaan Allah disebut dengan tauhid, yang merupakan akar atau dasar dari Islam itu sendiri. Tauhid adalah inti ajaran para nabi dan rasul, berkaitan dengan keimanan yang dalam praktiknya adalah ibadah. Sila pertama berbicara tentang hubungan antara manusia dan Tuhan.
Dalam Al-Qur’an, salah satu ayat yang jelas membicarakan tauhid dan keesaan Tuhan adalah QS Al-Ikhlas ayat pertama:
“Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.”
Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila ini berbicara tentang hubungan manusia dengan manusia secara personal. Dalam Islam, kepedulian setiap muslim pada manusia lain merupakan tanda kebaikan dan keimanan seseorang. Adil dan beradab adalah ketika seorang muslim mengharapkan kebaikan untuk orang lain serupa dengan kebaikan yang diharapkan untuk dirinya sendiri.
Dalam Al-Quran, surat An-Nahl ayat 90, Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia juga melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Sila ketiga berkaitan dengan hubungan seseorang dengan masyarakat sekitar, khususnya dalam membangun al-ukhuwwah al-Islamiyah atau persaudaraan berdasarkan nilai-nilai Islam. Baik dengan sesama muslim maupun dengan manusia secara umum.
Dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13:
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat ini menyapa manusia secara umum, bukan hanya orang-orang beriman.
Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sila ini membahas hubungan seorang pemimpin dengan yang dipimpinnya, di mana sikap bijak dan musyawarah menjadi poin penting. Pentingnya komunikasi yang baik, berpikir tenang, dan matang dalam mengambil keputusan serta memperhatikan maslahat umum sangat penting dalam kepemimpinan.
Dalam Al-Qur’an, surat Asy-Syura ayat 38:
“Dan (bagi) orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial adalah masalah sensitif di masyarakat mana pun. Sila ini, selain sebagai penutup, juga merupakan energi penguat empat sila sebelumnya. Ketiadaan keadilan sosial, selain melanggar aturan dalam Islam, juga akan menghilangkan rasa kemanusiaan, memecah persatuan, dan membuat kepemimpinan tidak berdasarkan kebijaksanaan dan musyawarah yang sehat.
Keadilan sosial akan terwujud ketika tauhid dan ibadah dijalankan dengan baik, dengan rasa kemanusiaan, semangat persatuan, dan adanya musyawarah yang bijak serta menghormati satu sama lain.
Dalam Al-Qur’an, salah satu ayat yang membicarakan tentang ini adalah QS Al-Maidah ayat 8:
“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Jika ada agama atau ajaran lain yang memiliki dasar atau ideologi terkait dengan Pancasila, itu adalah hal yang wajar. Sila-sila dalam Pancasila adalah titik temu dari keragaman agama, suku, dan budaya di Indonesia untuk menyatukan bangsa dan meredam potensi konflik yang bisa terjadi.
Sumber: https://muhammadiyah.or.id/2024/05/hubungan-pancasila-dan-al-quran/
Segenap Keluarga Besar Pimpinan Cabang Muhammadiyah Babadan mengucapkan, “Selamat Hari Lahir Pancasila. Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045.”
1 Juni 1945-2024